Senin, 15 April 2013

ETNOGRAFI DESA SIRIH SEKAPUR




PENDAHULUAN

etnografi berasal dari bahasa yunani kuno, Etnos dan Graphy. Etnos berarti bangsa dan grafi berarti diskripsi atau pelukisan. Dengan demikian etnografi adalah pelukisan mengenai bangsa-bangsa .
Adapun kami yang berada desa Sirih Sekapur berkewajiban mengetahui akan suku-suku yang ada di desa Sirih Sekapur itu, ini demi terjalinnya hubungan harmonis antara kami sebagai mahasiswa dengan masyarakat itu sendiri.
Dalam cerita ini kami berusaha mengkaji tentang asal usul desa sirih sekapur, mata pencarian masyrakat, religi, lebih mendetilnya laagi bisa kita saksikan dalam pembahasan dibawah ini, Adapun dalam penulisan cerita ini sangat banyak kekurangan karena kendala kurangnya literature yang memuat materi ini, sehingga kami mohon kritik dan saran membangun dari segenap pembaca.

RUMUSAN MASALAH

-       Keadaan iklim demografi
-       Asal usul nama desa
-       Mata pencaharian
-       Kemasyarakatan
-       Religi
-       Bahasa yang diginakan





PEMBAHASAN
A.   Kondisi Geografis

Sirih Sekapur adalah satu desa yang terletak di kec. Jujuhan, kab. Muaro Bungo, tepatnya di propinsi Jambi. Desa Sirih Sekapur adalah salah satu desa yang terluas di Muaro Bungo, yang berbatasan langsung dengan Sungai Rumbai, kab. Dharmasraya. Sirih Sekapur suhunya sedang, tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin, Sirih Sekapur juga dikelilingi oleh bukit-bukit yang menjulang tinggi, Selain itu, sirih sekapur juga dilewati sungai yang jernih, yang didalam sungai itu terdapat bermacam-macam ikan, ditepi sungai terdapat rumah-rumah peninggalan zaman nenek moyang dahulu, rumah tersebut sampai sekarang masih dihuni oleh anak cucunya, dan diseberang sungai terdapat kebun-kebun yang ditanami oleh para petani. Desa Sirih Sekapur sekarang disebut juga desa induk, karena desa yang sudah lama sekali didiami oleh para pendahulu-pendahulu.

   Sirih sekapur adalah suatu desa yang slalu dikenang oleh orang yang pernah mendiaminya, dan begitu juga dengan  penduduk yang ada didesa tersebut, walaupun ada sebagian masyarakatnya yang pergi merantau meninggalkan kampung halamannya, sejauh apapun mereka pergi, namun mereka tidak bisa melupakan Desa Sirih Sekapur tersebut. seperti pepatah mengatakan :

Sekali air jujuhan terminum
Sejauh kaki melangkah
Namun kampong nan elok
Slalu dikenang
   Maksud pepatah diatas adalah: seseorang yang meninggalkan kampung halaman (sirih sekapur), walaupun jauh dirantau orang maka ia akan kembali juga kekampung Sirih Sekapur.


B.   Asal Usul Nama Desa

Dahulu kala, sepasang pemuda pemudi yang sedang berpacaran dibawah tebing ditepi sungai jujuhan, sicewek itu adalah seorang yang suka memakan sirih, kemudian sicowok  tersebut meminta kepada sicewek untuk membuatkan sirih. Karena ia juga ingin merasakan daun sisih, setelah sirih selesai dibuat,  Dan sicewek ingin memberikan sirih yang ia buat kepada cowoknya, pada saat itu juga tebing yang diatas mereka jatuh menimpanya, pada saat itu juga keduanya meninggal dunia dan terkubur dibawah tebing tersebut, disitulah desa yang dahulunya dinamakan Bunga kembang suko menanti akhirnya dengan kejadian yang seperti itu nama desa tadi digantikan dengan Sirih Sekapur.
C.   Mata Pencarian
       suatu daerah dapat juga dikatakan maju atau mundurnya, itu tergantung kepada bagaimana situasi melalui pendapatan suatu masyarakat tersebut, sehingga dalam mencapai hal tersebut masyarakat desa sirih sekapur berupaya dengan melakukan berbagai macam usah, Dalam masyarakat sirih sekapur, terdapat berbagai macam mata pencarian, sesuai dengan propesi atau skill yang mereka miliki. disamping mata pencariaan itu antara lain yaitu :

a.    Perkebunan dan Pertanian

Sektor utama dari mata pencarian masyarakat desa Sirih Sekapur merupakan perkebunan karet, yang mana hasil dari akret tersebut sangat lah membantu dari kehidupan mereka, selain harganya yang cukup tinggi, pemasyarannyapun relatip mudah. Sehingga masyarakan Sirih Sekapur, cendrung kepada perkebunan karet. Selain dari perkebunan karet, masyarakat Sirih Sekapur juga menanam berbagai macam kebutuhan sehari-hari, seperti menanam jagung, ubi, sayur-sayuran. Meskipun masyarakat Sirih Sekapur sudah mengembagkan pertanian mereka, namun mereka masih juga mendatangkan bahan-bahan pokok dari luar daaerah sperti beras, bawang, cabai, dll. Itu disebabkan karena mereka lebih cendrung kepada perkebunan karet, sehingga mereka tidak terfokus kepda hal-hal yang telah tersebutkan diatas. Yang mana hal tersebut membuat masyarakat sirih sekapur harus mendatangkan bahan pokok tersebut daari daerah-daerah.

b.    Peternakan

Selain yang tersebut diatas tadi, masyarakat Desa Sirih Sekur juga melakukan kegiatan untuk perekonomiannya, seperti mengembangkan peternakan, yang mana hasil dari pada  peternakan tersebut, sebagian besar mereka jual kesaerah tetngga seperti sei, rumbai, rantau ikil. Dan lain-lain.

Adapun bentuk-bentuk hewan ternak yang mereka kembngkan sperti : sapi, kambing, ayam,  dan itik.

c.    Mengkap Ikan

Disamping beternak pertanian dan perkebunan, Sebagian dari masyrakat sirih sekapur yang tidak mempunyai lahan pertanian dan perkebunan, mereka melakukan kegiatan untuk ekonomi mereka, denagn cara mencari ikan. Ikan yang mereka tangkap hanya dijiaul untuk maysarakat stempat saja, karena ikan yang mereka tngkap tidaklah dalam jumlah yang besar.



d.    Pedagang

       Desa sirih sekapur selain dari penghasilannya, pertanian, beternak, dan juga menagkap ikan, sebagian dari mereka banyak yang meningkatkan perekonomian mereka dengan berdagang. Barang daganagan yang mereka dagangkan itu, hasil dari perkebunan mereka, antara lain Barang-barang yang mereka dagangkan yaitu: seperti makanan pokok, sayur-sayuran dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka, dari hasil penjualan mereka itu mereka itu mereka simpan untuk kebutuhan masa yang akan datang seperti untuk kebutuhan hal yang mendesak.

D.   Kemasyarakatan
       Masyarakat desa sirih sekapur, mempunyai kebiasan seprti masyrakatl lainnya yaitu hidup dalam sisitem gotong royong, yang mana jika ada seseorng membutuhkan bantuan maka yang lain akan ikut membantu seperti halnya da;lam pembuatan rumah, acara pernikahan, bahkan sampai hal kematian. Masyarakat sirih sekapur  juga terkenal keramahaannya, baik anak-anak, remaja-remaja, bahkan orang tua sekalipun juga ramah-ramah, misalnya : apabila ada pendataang yang menetap didesa tersebut maka masyarakat tersebut sangat menghargainya, malahan akan sangat dihormati, desa Sirih sekapur,  mempunyai suatu aturan yang mana peraturan tersebut dibuat untuk mengarahkan masyarakat agar selalu hidup terarah dan tidak melanggar sesuai dengan norma-norma, misalnya: siapapa-siapa saja yang hendak menikah, sedangkan orang tua dari salah satu pasangan tidak setuju, kemudian ia nikah dikampung orang lain, maka dalam aturan-aturan norma desa sirih sekapur, akan memberikan hutangan kepada kedua pasangan dengan menyembelih seekor kambing langsung dimasak, setah itu diberitahukan kepada nenek mamak, pemuka-pemuka agama, maupun pegawai syara’ untuk pembayarannya. Penyembelihan kambing tersebut  dinamakan juga dengan “kambing segaram”. Desa sirih sekapur selalu menerima pendatang yang hendak menetap di desa tersebut selagi ia dapat menyesuaikan dirinya dengan masyarakat sekitar. Dalam menciptakan masyarakat yang rukun dan damai, masyarakat desa sirih sekapur selalu berlaku ramah dan tidak bermusuhan dengan masyarakat desa yang lain. Sehingga desa sirih sekapur akan tetap sejahtera.
E.   Kehidipan religius

Masyarakat desa Sirih Sekapur mayoritas penduduknya menganut agama yang satu yang dinamakan agama islam, tidak ada satupun dari kalngan ornag-orang non-muslim yang menetap disitu. Meskipun sebagian dari budaya keagamaan ini sudah mulai terkikis, dimana, para remaja-remaja sudah banyak sekali terpengaruh oleh pergaulan bebas, seperti minum-minuman keras yang terjadi ketika ada acara-acara pernikahan berlangsung, perjudian kadang-kadang terus dilakukan, narkobapun tidak mau ketinggalan, ia bagaikan seorang teman akrab yang slalu hadir ketika teman yang lain  mendapatkan kesusahan. Minum-minuman, perjudian, dan narkobaa, bagaaikan virus flu burung yang cepat sekali menyebar dikalangan masyrarakat sirih sekapur tersebut, dan disisi lain, anak-anak yang seharusnya mengaji kerumah guru/ustad, merekapun ikut dalam hal-hal yang sangat dilarang keras oleh agama tersebut, namun yang lebih parah lagi, sebagian dari anak desa Sirih sekapur tersebut, usdah pandai mengisap lem Aibon agar supaya dikatakan gaul oleh teman-temannya, na’uzubilllah,
Namun walaupun demikian, bgi sebagian besar masyarakat, umumnya dari kalangan orang tua-tua, agama masih merupakan hal yang sangat pokok dalam kehidupan bermasyarakat, maka tidak kita herankan lagi ketika malam jum’at mereka selalu mengadakan wirit jum’atan yang didalamnya terdapat bacaan-bacaan yang menjunjung tinggi nana Allah dan Nabi Muhammad SAW, yang disebut dengan yasinan, tahlilan, beserta ada siraman rohani dari para ustad-ustad, agar mereka slalu dakat kepada Allah, walau kebanyakan orang mengatakan itu adalah suatu hal yang bid’ah yang diada-adakan, dalam urusan beragama, tetapi bagi desa Sirih Sekapur itu adalah suatu hal yang sangat berarti, kalau tidak ada acara yang seperti itu, siapalagi yang mau mengingat Allah, dan mengagung-agung kan nama Allah. Secara bersama-sama Disitu lah momen yang paling terindah yang dirasakan masyarakat sirih sekapur, dan dengan acara itu juga masyarakat dari golongan yang tua-tua, ingin lagi mengembalikan citra islam yang selama ini sudah mulai memudar, mungkin dengan acara-acra yang demikianlah anak-anak remaja kan sadar, dari apa yang selama ini yang telah mereka perbuati.

Pemuka-pemuka Desa Sirih Sekapur juga membangun satu lembaga yang dinamakan “pegawai syara’”, yang berperan penting dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan kemaslahatan. Yang terjadi di masyarakat tersebut, seperti : mengembangkan bakat anak-anak sekolah yang pergi keluar daerah yang menuntut ilmu dengan cara, pada bulan suci ramadahn datang, ketika anak dan mahasiswa yang pulang kekampung, mereka diberikan jadwal untuk menyampaikan separtah dua kata apa-apa saja yang mereka dapatkan dari luar, yang akan disampaikan dimasjid setelah selesai melaksanakn sholat terawih, setiap lama bergiliran maju keatas mimbar untuk berceramah. Ada juga yang dikirim sebagi utusan separi romadhan kedaerah-daerah tetangga sekitar.

F.    Bahasa yang digunakan
       Desa sirih sekapur  merupakan desa asli dari orang-orang melayu, yang mana bahasa komunikasi yang mereka gunakan adalah bahasa melayu, namun walaupun demikian, bahasa masyarakat desa sirih sekapur tersebut juga dimasuki oleh bahasa-bahasa minang, karna letak desa sirih sekapur berbatasan  dengan kabupaten dharmasraya, yang dinamakan sungai rumbai. Akan tetapi, faktor masyarakat yang tinggal di desa sirih sekapur sebagian besar merupakan penduduk asli dan pendatang, maka bahasa yang di gunakan di derah tersebut campur aduk. Mereka menggunakan bahasanya masing-maing ketika berbicara sesama suku. Kalau masyarakat desa sirih sekapur berbicara sesamanya, maka yang digunakan adalah bahasa melayu tersebut, Begitu juga dengan pendatang, merekapun berbicara dengan bahasa dari suku mereka. Akan tetapi, bahasa komunikasi yang mereka gunakan ketika berbicara dengan suku lain, maka mereka menggunakan bahasa yang kedua pihak saling mengetahui, yaitu bahasa Indonesia.
       Namun, karena para pendatang yang tinggal di desa sirih sekapur sudah terlalu lama menetap disana, menyebabkan mereka dapat berbahasa minang karena lingkungan yang membentuk mereka. Sehingga lama kelamaan bahasa melayu  dapat dikuasai oleh para pendatang, dan mayoritas pendatang tersebut berasal dari pulau jawa,  dan para pendatangpun memahami perkataan yang di sampaikan kepadanya meski dalam bahasa melayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar