Kamis, 11 April 2013

Konseling Keluarga



NAMA  : SURDIANTO
BP          : 209 : 131
JUR        : BPI-B
DOSEN : Drs. M. Damanik, M.A

MENGHADAPI  PENDIDIKAN ANAK

A.    At-Tahrim, 66:6
   
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahka, (Q.S. At-Tahrim, 66:6).

B.     Penjelasan 

Keluarga dalam bahasa Arab disebut usroh, secara harfiyah berarti ad-dir`u al-hashinah, yaitu benteng yang kuat. Keluarga memang suatu benteng yang kuat yang menjadi pertahanan manusia dari berbagai gangguan yang dihadapinya dalam kehidupan sosial, seperti kriminal, material, seksual, dan sebagainya. Keluarga juga dapat membentengi dan melindungi sekaligus menyelesaikan problem kemanusiaan dari waktu ke waktu. Sehingga upaya dan ikhtiar maksimal untuk menjadikan rumah kita sebagai syurga kecil kita (baiti jannati) harus terus kita upayakan .

C.    Mendidik Anak dalam Islam

        Rasulullah SAW bersabda di dalam salah satu hadits beliau yang berbunyi:

“Takutlah kamu ( Aisyah ) terhadap api neraka meskipun hanya bisa bersedekah dengan sebutir kurma”
       Di antara penjelasan tafsir fi Zhilaalil Qur`annya Sayyid Qutb tentang surat at-Tahrim ayat 6 ini adalah bahwa setiap mukmin diwajibkan untuk memberikan petunjuk kepada keluarganya dan memperbaiki seluruh anggota keluarganya, sebagaimana ia diwajibkan terlebih dahulu memperbaiki dirinya. Islam adalah suatu agama yang mengatur keluarga, maka ia mengatur kehidupan berumah tangga. Rumah tangga yang Islami akan menjadi dasar terbentuknya masyarakat yang Islami. Seorang ibu harus memiliki pribadi dan prilaku Islami sebagaimana pula seorang ayah harus memiliki pribadi dan prilaku Islami sehingga mereka dapat mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah.
       Karena. Terbentuknya keluarga yang Islami tergantung kepada bagaimana didikan Orang Tua nya, seandainya didikan Orang tuanya bagus yang mencerminkan kehidupan Islami, maka anak-anaknya pun akan menjadi orang-orang yang Islami, Namun, perlu diingat ketika Orang tua menyuruh anaknya berbuat baik, misalnya Saholat, Puasa, bersedeka, berbuat baik terhadaap Orang lain, maka Orang tua lah yang duluan melakukan itu, ketika Orang tua sudah melakukan itu,
maka dengan sendirinya kepribadian yang Islami akan terbentu terhadap anak itu, karena pada waktu itu, anak dalam prosese meniru apapun yang dilakukan Orang tuanya. Namun, ketika Orang tua menyuruh kebaikan sedangkan Dia tidak melakukannya, maka jangan disalahkan anak kalau dia tidak mau berbuat baik.
         Selain itu, Keluarga biasanya juga merupakan pihak yang paling banyak diabaikan hak-haknya.
        Dalam membangun keluarga yang dilandasi taqwa, seorang Muslim harus memandangnya sebagai ibadah kepada Allah dan hanya mengharap keridhaan dan pahala dari Allah SWT. Untuk itu, kedua belah pihak, antara suami dan istri, harus mengetahui dan memahami seluruh persoalan yang berkaitan dengan kehidupan suami istri, baik ajaran-ajaran atau tata krama Islam, ataupun yang menyangkut hak-hak dan kewajiban suami istri, dan harus bersungguh-sungguh melaksanakn tugas dan kewajiban masing-masing, sehingga bangunan keluarga muslim yang dapat memberi teladan benar-benar terwujud.
        Hak seorang istri adalah kewajiban sang suami dan sebaliknya kewajiban istri merupakan hak suami. Keseimbangan dalam emmenuhi hal dan kewajiban diantara keduanya akan menjaga kelangsungan dan keharmonisan keluarga.
        Untuk itu disini penulis akan menggorskan beberapa kiat dalam menjaga keselamatan diri dan keluarga agar keluarga menjadi keluarga yang Islami, antara lain yaitu:
a.       Mengajarkan aqidah yang benar
Keimanan ( aqidah ) adalah hal terpenting yang harus senantiasa diperhatikan oleh orangtua. Karena jika aqidah seseorang baik dan kuat maka segi-segi yang lainpun akan menjadi baik, namun. Aqidah itu harus diajarkan mulai dari lingkungan rumah tangga, Karen lingkungan itulah sebagai penanaman pondasi untuk anak-anaknnya, ketika pondasi itu sudah ditanam dengan kuat, maka ketika anak itu bergaul dengan lingkungan lain mereka akan kuat dengan berbagai macam kemaksiatan yang akan dia hadapi itu.
b.      Tauladan dalam ibadah dan akhlaq
Keteladanan merupakan faktor penting dalam sebuah pendidikan. Baik atau buruknya akhlak seorang anak sangat tergantung dari keletadanan yang diberikan oleh orangtua. Ketika Orang tua menyuruh anak-anaknya melakukan kebaikan maka terlebih dahulu Orang tua yang melakukannya,  jangan diharaf anak akan melakukan kebaikan (beribadah) sedangkan Orang tua nya saja tidak mau beribadah. Namun, faktanya sekarang, kebanyakan Orang tua hanya menyuruh anak-anaknya untuk shalat sedangkan mereka tidak pernah shalat dan asyik dengan kesibukannya masing-masing.
        Menurut Abdullah Nashih Ulwan, hal ini karena orang tua adalah contoh terbaik dan terdekat dalam pandangan anak, yang akan ditirunya dalam tindak-tanduknya dan tata santunnya, disadari ataupun tidak, bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran orangtua tersebut, baik dalam ucapan atau perbuatan, baik material atau spiritual, diketahui atau tidak diketahui. Betapapun suci dan bersihnya fitrah manusia, betapapun baiknya suatu sistem pendidikan tidak akan mampu mencetak/ membentuk generasi yang baik, tanpa adanya keteladanan dari sang pendidik ( orangtua ).
        Anak akan tumbuh dalam kebaikan, memiliki kemuliaan akhlak, jika kedua orang tuanya memberikan teladan yang baik, demikian pula sebaliknya, ia akan tumbuh dalam kesesatan, berjalan dalam kekufuran dan kemaksiatan, jika ia melihat kedua orang tuanya memeberikan teladan yang buruk. Tidak mungkin sang anak belajar amanah, kemuliaan, sopan santun, kasih sayang dan sebagainya, jika kedua orang tua memiliki sifat yang berlawanan seperti dusta, kasar, suka mencela, pun sebaliknya.
       Pendidikan keteladanan terbaik bagi anak, ialah jika kedua orang tua mampu menghubungkan anaknya dengan keteladanan Rasulullah SAW, uswah seluruh ummat manusia. Sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW:
“Didiklah anak-anakmu tiga perkara : cinta kepada Nabi mereka, cinta kepada sanak keluarga dan membaca Al-Qur`an ” ( H.R. ath-Thabrani )

c.        Menumbuhkan nilai-nilai ketaqwaan
Bertaqwa kepada Allah adalah awal dari segalanya. Semakin tebal ketaqwaan seseorang kepada Allah, semakin tinggi kemampuannya merasakan kehadiran Allah. Allah SWT. menginginkan manusia agar bertaqwa dengan sebenar-benarnya. Berbagai cara yang dapat kita lakukan, sebagai contoh: berjalan di jalan Allah, melakukan perbuatan baik, mengikuti contoh-contoh yang diberikan para rasul, menaati serta memperhatikan ajaran-ajaran Allah, dan sebagainya.

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran: 102)
        Atau dapat dikatakan, taqwa merupakan kualitas kedirian manusia yang mampu mengendalikan manusia dari kecenderungan-kecenderungan yang berlawanan dengan nilai-nilai kebaikan. Dengan ketaqwaan itu, manusia selalu berupaya berjalan di atas jalan yang dikehendaki Allah, tunduk secara total kepada perintah-Nya yang diekspresikan dalam bentuk menyebarkan kesejahteraan dan kedamaian bagi sesama dan lingkungannya.
        Akhirnya, semoga kita dapat memperbaiki penjagaan diri dan keluarga kita dari hari ke hari dengan lebih baik lagi, sehingga Allah berkenan mengumpulkan kita di dalam jannahNya kelak dengan kebahagiaan yang hakiki. Demikianlah mudah-mudahan Allah selalu memberika taufiq dan hidayah nya kepada kita semua amin.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar